Rizal Ramli: Pidato Jokowi Selalu Soal Kedaulatan Pangan, Tapi Indonesia jadi Raja Impor

Rizal Ramli
Jakarta - Tokoh nasional yang juga ekonom senior DR Rizal Ramli, membandingkan era pemerintahan Alm. Gusdur dengan pemerintahan sesudahnya. Apalagi dia mengkritik keras era pemerintahan Jokowi yang kurang berpihak kepada para petani.
"Gus Dur ingin kita berdaulat, ekonomi, politik dan ada keberpihakan. Jadi ekonomi itu bukan hanya soal itung-itungan, itu sih tukang. Tapi ekonomi yang penting berpihak kepada siapa dulu baru dicari itungan-itungannya. Itulah yang menjelaskan kenapa saya dengan Gus Dur menjadi sangat deket sekali," kata Rizal Ramli dalam diskusi di Rumah Makan Kertanegara Kota Malang, Kamis (31/1).
Rizal menambahkan, semasa era pemerintahan Gusdur, indikator perkembangan ekonomi mengalami kemajuan pesat, yang dari semula -3% menjadi 4,5%.
Selain itu kesejahteraan rakyat juga meningkat, dan kesenjangan pendapatan antara yang kaya dan miskin menjadi paling rendah dalam sejarah Indonesia, yakni 0,3%.
Kondisi tersebut dinilainya sangat berbeda dengan pemerintahan saat ini. Menurutnya, pemerintahan Jokowi terlalu banyak impor dan keberpihakannya kurang jelas.
"Kalau hari ini, kurang jelas keberpihakannya. Kalau pidato memang Presiden Joko Widodo, kalau kampanye pingin kedaulatan pangan, setop impor ini, kurangi impor ini, dan lain-lain. Tapi empat tahun kemudian yang terjadi sebaliknya. Indonesia menjadi raja impor, nomor satu gula dan lain-lain. Dan itu merugikan petani," katanya.
Rizal menyebutkan bahwa hal itu terjadi lantaran tak adanya konsistensi antara cita-cita, strategi, kebijakan dan personalia.
"Cita-cita ke kanan, maunya kedaulatan pangan, tetapi strateginya impor ugal-ugalan. Kebijakannya juga impor setiap saat, personalianya juga dipilih yang raja impor," tegasnya.
Untuk itu dia berharap agar Presiden yang terpilih di masa mendatang menjaga konsistensi pidato-pidatonya agar tak salah jalan.