Prof Harry Poeze: Saya mengenal nama Rizal Ramli, Tokoh Nasional

Rizal Ramli

Rizal Ramli

       

Leiden - Saya mengenal nama Rizal Ramli, saya tahu dia seorang tokoh nasional yang populer dan punya pemikiran/gagasan.

Demikian kata Prof Harry Poeze dalam dialog dengan peneliti muda Lutfi Adam (kandidat PhD ilmu sejarah di Northwestern Univerity, AS) dan Herdi Sahrasad dosen/peneliti senior Universitas Paramadina dan Universitas Muhammadiyah Jakarta di ruang Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies, Leiden KITLV kemarin.

"Apakah dia pernah punya pengalaman di pesantren?" tanya Harry.

"RR pernah nyanteri kilat di Pondok Gontor Ponorogo dan dia juga keluarga besar Pondok Gontor, selain itu dia juga sangat dekat dengan keluarga Pesantren Tebu Ireng Jombang," kata Herdi,

"Oh itu menarik, dan kalau bisa diungkapkan," kata Prof Harry.

Harry menyarankan dan mendorong Lutfi dan Herdi serta peneliti lain menelaah peran dan sumbangan pesantren dalam  melahirkan dan membentuk Nasionalisme di Indonesia.

Foto: Lutfi, herdi dan Harry Poeze

Percakapan rileks itu mengalir dengan asyik, dimana Harry_Poeze menyampaikan harapannya agar bangsa Indonesia perlu  mengerti sejarah dirinya, sejarah Indonesia yang kini menjadi negara besar dan penting di Asia Tenggara, yang setelah krisis ekonomi dan krisis multi dimensi 1997/98 berusaha bangkit kembali.

Rizal Ramli pernah nyanteri kilat di Pondok Gontor  Ponorogo dan dia juga intelektual yang dekat erat dengan keluarga besar Pesantren Tebu Ireng Jombang. Sehingga dipanggil Gus Romli di kalangan santeri, dan nasionalismenya sangat kuat, penuh karakter dan visioner.

"Saya mengenal namanya, saya tahu dia tokoh nasional yang berani dan punya pemikiran," kata Harry Poeze.

Mengenai harapannya untuk Indonesia kini dan esok, katanya: "Saya pikir Indonesia Indonesia butuh pemimpin nasional yang mampu memahami dan mewujudkan aspirasi rakyatnya, seperti dulu yang dilakukan oleh Soekarno, Hatta, Tan Malaka,  dan para pejuang lainnya yang  memimpin bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dan memulai menata dan memodernisasinya dengan membangun karakter, bangsa dan negara, Dan itu sangat penting. Indonesia memang butuh pemimpin yang tangguh," kata Harry.

Mahaguru srudi Indonesia dan Asia Tenggara itu sangat ramah dan menjadi tempat bertanya sekaligus sang Bapak bagi para mahasiswa, ilmuwan dan peneliti muda Indonesia yang belajar di Leiden dan kampus Belanda lainnya, bahkan para mahasiwa dan peneliti universitas mancanegara lain yang mampir/singgah di Leiden.

Harry Poeze riset selama 40 tahun lebih mengenai Tan Malaka, maka tak mengherankan kalau Harry Poeze identik dengan sosok Tan Malaka. Dialah sejarawan Belanda yang paling menguasai kisah hidup aktivis politik revolusioner dalam sejarah Indonesia itu. Namun di balik ramainya diskusi Tan Malaka akhir-akhir ini, tak banyak yang mengetahui kisah hidup Harry Poeze.

Pertemuan historis Harry dengan Tan Malaka bermula semenjak dia mahasiswa jurusan ilmu politik di Universitas Amsterdam. Saat itu Harry mengikuti kuliah sejarah Indonesia yang diampu oleh Profesor Wim Wertheim, salah satu sosiolog dan ahli Indonesia yang sangat terkenal. Persentuhannya dengan sejarah Indonesia membuatnya tertarik untuk membaca buku Kemunculan Komunisme Indonesia karya Ruth T. McVey.

Harry menulis buku biografi Tan Malaka sepanjang 3000 halaman yang tahun lalu diluncurkan, dan dia mengelola/menyimpan  bertumpuk dokumen arsip-arsip Tan Malaka.

       

Populer Berita Minggu Ini :

www.terbitnews.com

To Top