Bulog Harus Proaktif Jaga Stabilisasi Harga dan Siapkan Stok Beras

Rizal Ramli
Jakarta - Mantan Kepala Bulog Rizal Ramli mengatakan, Badan Urusan Logistik (Bulog) lebih proaktif dalam menyiapkan stok beras yang ada. Selain itu, Bulog juga harus aktif dalam menjaga stabilisasi harga beras dengan perannya dalam mengintervensi pasar.
Menurut mantan Menko Perekonomian ini, seharusnya Bulog pada 2017 membeli 2-2,5 juta ton beras dari petani tetapi tidak dilakukan dan hanya membeli 58% dari kewajiban 2-2,5 juta ton. Hal tersebut menurutnya dilakukan dalam waktu yang sangat sempit.
"Ada beberapa masalah yaitu Inpres No.5/2015 menetapkan harga pembelian gabah. Biasanya setiap tahun, ini diganti. Jadi petani, pedagang, konsumen untung. Memang aneh Inpres 2015 ini belum diganti, harusnya diganti setiap tahun," jelas Rizal.
Kedua, data di bidang perberasan banyak sekali dan tidak sinkron satu sama lain atau ada ego sektoral. Menurutnya menjadi peran penting dari Kemenko Perekonomian dalam menentukan data mana yang digunakan. "Harusnya dirapatkan, basis datanya," katanya dilansir Bisnis.com.
Beras Medium
Mantan Menko Maritim ini mengatakan, pemerintah seharusnya mengurus beras yang dikonsumsi masyarakat banyak yaitu beras medium. Menurutnya kebijakan impor saat ini dinilai tidak tepat. "Stop lah impor," ujarnya.
Dia mengatakan stok yang ada saat ini mungkin cukup untuk kalangan menengah bawah karena masih ada 950.000 ton. Namun, untuk kelas yang lain bisa tidak ada.
"Negara urusannya stabilisasi pada harga medium, bukan pada kelas beras yang super premium, beras-beras khusus," ujarnya.
Dia menambahkan menjelang panen besar pada Februari dan Maret 2018, sebetulnya masih dapat diatasi.
"Tapi Bulog harus aktif, stok itu harus dilempar ke beberapa daerah yang kemahalan, Medan, Jakarta, harus dilempar stoknya," ujarnya.
Namun, menurutnya jika tapi stok tersebut ditahan terus maka akan mengakibatkan harga naik dan merugikan konsumen.
"Ini harus diimbangi kepentingan konsumen dengan kepentingan petani," katanya.
Persoalan lainnya adalah ketika impor terus dilakukan namun stok beras disimpan terlalu lama yaitu empat hingga lima tahun di gudang akan menurunkan kualitas beras itu sendiri. "Kalau stok management bagus, stok sepasnya saja," katanya.
Rizal mengemukakan, Indonesia sebagai negara yang beruntung karena iklim yang mendukung untuk pertanian. "Beras dan pangan harusnya tidak boleh kekurangan, harusnya bisa jadi gudang pangan di Asia," ujarnya.
Rizal mengatakan, pemerintah juga dapat membuat rancangan membangun sawah 1-2 juta hektar untuk tambahan stok beras di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Membramo di Papua. "Kalau sampai dua juta hektar, kira-kira 6-8 juta ton, kita fluktuasi 1-2 juta ton, bisa ekspor, jadi gudang beras Asia," katanya.
Seperti diketahui harga gabah yang mengalami peningkatan bahkan hingga mencapai Rp6.000/kg, menyulitkan kalangan produsen untuk memproduksi beras medium, karena biaya produksi yang terkerek.. Sementara itu, pemerintah menetapkan harga eceran tertinnggi (HET) dalam beleid Permendag No. 57/2017 sebesar Rp9.450/kg.